Bocil Berbohong

 

Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh : Rosadi Jamani

Ini kisah nyata di NTT. Seorang ayah frustrasi anaknya tak mau ke pergi sekolah dasar. Suka bolos. Banyak kali alasannya. Ia punya ide, memanggil kawannya seorang tentara. Datanglah tentara ini dengan pakaian tempur loreng, berkamata hitam, helm perang, rompi antipeluru, bermasker hitam, sepatu PDL. Hanya tak menenteng senjata serbu SS1V1 saja. Terlihat gagah perkasa.

Datanglah tentara ini ke rumah orang. Saat tiba, bocil SD itu sedang merengek habis dimarahi ayahnya. Tangannya masih memegang Hp. Begitu lihat tentara, awalnya kaget, tapi tetap menangis, merengek tak mau ke sekolah.

“Sini kau, berdiri di sini. Kau hanya buat alasan supaya tidak sekolah, sini..sini..!” pinta tentara dengan suara tinggi. Bocil yang tadi duduk, langsung berdiri mendekati tentara. Ia berdiri tegak.

“Guru nggak ada melulu…” jawab bocil yang air matanya membasahi pipinya.

“Kau hanya membuat alasan tidak pergi ke sekolah.”

“Guru sakit.”

“Guru sakit, tapi sekolah tetap dilaksanakan kan. Kegiatan sekolah belajar mengajar tetap ada.”

“Nggak ada yang ngurus di sekolah,” jawab bocil.

“Kau masih kecil pintar putar-putar bahasa kau. Saya curiga, ini hanya alasan kau. Curiga saya. Buktinya waktu saya datang, kau lagi main Hp. Padahal kau udah janji kemarin tak mau main Hp lagi,” sergah tentara.

Bocil yang masih berdiri tegak terdiam tak mau jawab lagi. Ceritanya sampai di situ saja, kelanjutannya tak ada.

Intinya, ada ayah terpaksa gunakan tentara untuk menakuti anaknya agar pergi ke sekolah. Ayahnya dah pasrah, si anak walau pun bocil selalu punya argumentasi bolos. Saya tak tahu, model bocil gini cerdas atau emosi labil.

Cerita kedua, memperlihatkan sisi berbeda dari seorang tentara. Ia dijadikan ajudan bupati. Saat bupati dan rombongan “dihadang” truk, si ajudan ngamuk dan melakukan tindakan kekerasan. Kasihan sopir yang udah uzur ditendang dengan laras sepatu. Info terakhir, kasus yang viral ini berujung damai. Apakah mental tentara itu normal atau labil?

David Elkind, psikolog terkenal mengemukakan teori “Personal Fable” dan “Imaginary Audience”, yang menjelaskan mengapa emosi remaja sering kali tampak labil karena mereka cenderung merasa bahwa pengalaman mereka unik dan dipahami oleh semua orang di sekitar mereka. Baik bocil maupun tentara itu pasti memiliki pengalaman unik atau berbeda dari yang lain. Keunikannya ini membuat emosinya jadi labil, susah dengar kata orang. Maunya ia yang benar.

Sementara Daniel Goleman juga psikolog, soal kecerdasan emosional, meliputi kemampuan mengenali dan mengatur emosi. Konsep ini sangat relevan dalam memahami dan membantu remaja mengatasi emosi labil. Cerdas sih, cuma suka emosional, mudah marah, tersingung. Senggol dikit bacok. Di sini emosi itu perlu dikontrol agar tak kebablasan.

Bahas bocil memang asyik. Kadang ngemesin, kadang juga nyeselin. Dikasari salah. Disanjung malah ngelunjak, kadang seenak e dewe. Ada juga penurut sama orang tuanya. “Nak, belikan ayah rokok di warung ya!” Anak penurut langsung bergerak menuju warung. Berbeda bila suka nembak “ntar”. “Nak, belikan emak belacan di warung sebelah!” Si anak yang lagi main games jawab, “Ntar mak, tanggung ni.” Satu bocil memiliki perilaku berbeda dengan bocil lain. Bersyukurlah bila punya bocil selalu nurut apa kata yokap dan bokapnya. Sebaliknya, bisa menjadi bencana bila bocilnya susah mendengarkan nasihat, maunya apa kata dia.

Begitu juga orang tua sama bocil. Pahami juga keinginan dan zamannya. Jangan mentang-mentang lebih banyak makan garam, bocil dipandang rendah. Bocil dianggap bau kencur, ingusan. Karena tak paham, banyak bocil justru benci dengan orang tua. Lari dari rumah, mencari pelampiasan hidup dengan hal negatif. Bocil jadi pecandu narkoba, dll. Atau, bocil merasa hebat, ini parah. Karena merasa hebat, orang tua tak dihormati lagi, guru, dosen, para ahli tak didulikan lagi, ia asyik dengan langkahnya. Tak peduli dihujat, difitnah, dibully. Seperti ini jangan dicontoh wak. Adat ketimuran kita, bocil harus hormat pada orang tua. Orang tua juga harus paham keinginan bocil dan psikologinya.

#camanewak


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *