POST KOTA : Pontianak – Ada tujuh proyek smelter di Kalimantan Barat yang masih tahap berjalan tapi dinilai lambat.
Ketujuh proyek smelter itu berdasarkan Data Kementerian Investasi /BKPM diiantaranya, PT Borneo Alumina Indonesia – Mempawah Kalbar (23,67 %), PT Laman Mining – Ketapang Kalbar (32,39%), PT Kalbar Bumi Perkasa – Sanggau Kalbar (37,25%), PT Sumber Bumi Marau – Ketapang Kalbar (50,05%), PT Persada Pratama Cemerlang -Sanggau Kalbar (52,62%), PT Dinamika Sejahtera Mandiri- Sanggau Kalbar (58,55%) dan PT Quality Sukses Sejahtera – Sanggau Kalbar (65,65%)
Lambannya pembangunan smelter bauksit diakui Plh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Biji Besi Indonesia (APB3I) Ronald Sulistyanto yang disebabkan faktor pendanaan. “Boleh dikatakan jalan di tempat karena pendanaan menjadi masalah yang sulit,” ujarnya kepada wartawan.
*SGAR Mempawah*
Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah yang dijalankan PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) sempat dikeluarkan dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Keputusan Menko Perekonomian itu menilai proyek yang menelan investasi US$1,7 miliar itu molor cukup lama.
Namun induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pertambangan, yakni PT Mining Industri Indonesia (MIND ID) bersedia menyelesaikan pembangunan SGAR Mempawah.
Presiden Jokowi Widodo juga hadir meninjau proyek untuk memastikan kelanjutan pembangunan SGAR Mempawah pada 20 Maret 2024 lalu.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan SGAR Mempawah telah mendukung tercapainya integrasi industri karena bakal menghubungkan rantai pasokan antara bijih bauksit di Kalbar dengan pabrik peleburan aluminium.
Nilai investasi proyek smelter ini mencapai US$ 831 juta atau sekitar 12,5 triliun. Target operasi pada kuartal tiga 2024 dan beroperasi secara penuh pada 2025. Target produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun.
T1M PKP.