Kalah 1-3, Bukan 01-03 Kalah

 

Caleg


 

Baru enam menit laga, gawang sudah kebobolan. Secara psikologi, nonton sudah lemas. Secara kualitas, Timnas memang kalah jauh dari Jepang. Wajar sih, peringkat Timnas 142, sementara Jepang 17. Di lapangan memang sesuai fakta.

Siapa tahu bisa bangkit usai kebobolan. Eh, malah dibobol lagi oleh Ayase Ueda menit 52. Semakin lemas. Nonton mulai pindah-pindah canel. Tapi, masih dipantau. Semakin malas nonton saat Justin Hubner melakukan gol bunuh diri menit 88. Mana waktu mau habis pula. Saat mata sudah kedau-kedau, Sandy Walsh membobol gawang Jepang di masa injury time. Kok bisa. Semangat sempat naik, sayang waktu habis. Kalah 1-3, sangat wajar. Walaupun kalah, masih ada secercah harapan untuk lolos ke 16 besar. Harapan Timnas menunggu duel Yordania vs Bahrain (Grup E, Kamis 25 Januari 2024 pukul 18.30 WIB) dan Oman vs Kirgistan (Grup F, Kamis 25 Januari 2024 pukul 22.00 WIB). Dua laga ini jadi penentu nasib Timnas. Harapan itu masih ada, cuma kecil. Karena, sangat tergantung pada orang lain, bukan pada diri sendiri.

Sekali menang, dua kali kalah, dengan nilai tiga berada di posisi tiga klasemen Grup D Piala Asia. Cukuplah. Dari pada Vietnam dan Malaysia tak pernah menang, hehehe.

Kalah hal biasa dalam sepakbola. Kalah itu sangat menyakitkan. Tak ada orang mau kalah. Semua ingin menang. Cuma, ada orang menerima kekalahan dengan lapang dada, tanpa mencari kambing hitam. Ada juga tak terima kalah, lalu semua pihak disalahkannya.

Dari perspektif psikologis, kekalahan dapat menimbulkan berbagai emosi negatif, seperti kesedihan, kemarahan, kekecewaan, dan rasa malu. Emosi-emosi ini dapat menyebabkan berbagai reaksi fisik dan perilaku, seperti menangis, berteriak, mengamuk, atau menarik diri dari orang lain.

Berikut adalah beberapa penjelasan psikologis mengapa kekalahan dapat menimbulkan emosi negatif:

1. Kekalahan dapat mengancam harga diri. Ketika kalah, kita merasa tidak sebaik yang dikira. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak berharga, tidak kompeten, dan tidak berguna.

2. Kekalahan dapat menimbulkan rasa frustrasi dan ketidakberdayaan. Merasa tidak dapat mengendalikan hasil. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi, marah, dan tidak berdaya.

3. Kekalahan dapat menimbulkan rasa kehilangan dan kesedihan. Merasa kehilangan sesuatu yang mendalam. Hal ini dapat menyebabkan sedih, kecewa, dan putus asa.

Untuk Timnas, walau kalah masih ada secercah harapan lolos 16. Kalahnya juga tidak sampai frustrasi. Biasa dalam sepakbola sepanjang berjalan fairplay dan sportif.

Lalu bagaimana dalam dunia politik, ada juga istilah kalah dan menang. Mirip sih, pasti ada yang kalah dan menang. Kalah akan sedih, menang pasti gembira.

Antara sepakbola dan merebut kekuasaan itu sangat mirip. Di awal pasti berkoar-koar siap menjungkalkan lawan. Kadang ada sesumbar bisa menang besar. Ada juga yang merendah. “Kita sih tanpa beban. Namun, siap bertarung sampai tetes darah terakhir.” Jadi persoalan ketika pihak penyelenggara, wasit, keamanan tidak netral. Pelanggaran di kotak penalti mestinya wasit meniup pluit, pura-pura tak lihat. Dilihatkan VAR pun dianggap tidak ada pelanggaran. Nilai-nilai fairplay bukan dikoyak atau dinodai pemain, melainkan wasit. Model seperti ini, jangankan pemain, penonton bisa tak terima dengan kekalahan. Bisa berujung kerusuhan.

Dalam perebutan kekuasaan sering terjadi pelanggaran, tapi tak ada sanksinya. Ada bagi-bagi uang, jelas videonya, jelas pelakunya, begitu diproses, dinyatakan tak ada pelanggaran. Aparat pemerintah dilarang ikut kampanye, di lapangan justru banyak kampanye diam-diam, dilaporkan lalu diproses, dinyatakan tak ada pelanggaran. Wajar apabila ada kontestan kalah tak terima dengan kekalahan. Dilaporkan ke MK tetap kalah, dan tetap tak terima. Akhirnya, semua dinyatakan salah. Untungnya tidak gila saja.

Semua menginginkan sebuah kompetisi berlangsung sportif, jujur, dan adil. Bukan hanya penyelenggara, melainkan juga antarpemain. Kalau memang kualitas di bawah, logistik kurang, elekta rendah, lalu menjelekkan lawan, tak fair namanya. Kualitas permainan jauh lebih menentukan dari sebuah prediksi para pengamat yang partisan.

#camanewak


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *