Lima Teori Kebenaran

 

Kita sering mendengar kebenaran. Kadang ada orang seperti pemilik kebenaran. Pemerintah paling sering menyatakan pihak paling benar. Sementara rakyat, pihak selalu disalahkan seolah-olah tidak ada kebenaran. Sebenarnya, apa sih kebenaran itu? Apakah ada teorinya?
Untuk lebih jelasnya, baca lima teori kebenaran di bawah ini. Baca sampai habis ya agar tak gagal paham.

1. Teori Korespondensi
Teori korespondensi adalah kesesuaian antara makna yang dimaksudkan oleh pernyataan dengan objek realitas atau fakta aktual dari bukti sebuah pernyataan. Suatu proposisi atau kalimat dianggap benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dengan pernyataan tersebut, yaitu objektif. Contoh:
– “Ibukota provinsi Jawa Tengah adalah Semarang.”
– “Air dipanaskan bersuhu 100 derajat akan mendidih.”
– “Dasar negara Indonesia adalah Pancasila.”
Jika suatu pernyataan tidak sesuai dengan fakta, maka itu dianggap salah.

2. Teori Koherensi
Teori koherensi menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima, dan dianggap benar. Contoh:
– “Setiap manusia dilahirkan dan pasti mengalami kematian. Cristiano Ronaldo adalah manusia. Maka, Cristiano Ronaldo pasti akan mengalami kematian.”
– “Semua ikan bisa berenang di laut. Paus adalah ikan di laut. Maka, ikan paus bisa berenang di laut.”
Suatu proposisi benar jika tidak ada kontradiksi dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.

3. Teori Pragmatis
Teori pragmatis menyatakan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila memiliki kegunaan praktis atau manfaat dalam kehidupan. Contoh:
– “Permainan sepak bola tidak harus cantik tetapi harus menang.”
– “Demokrasi bukan benar-salah tetapi menang-kalah.”
– “Eksplorasi tambang dibutuhkan untuk kekayaan manusia.”
Suatu pernyataan dianggap benar jika memiliki fungsi atau kegunaan praktis.

4. Teori Performatif
Teori performatif adalah kebenaran yang mengandalkan otoritas penutur sebagai dasar kebenaran. Pernyataan dianggap benar jika ia menciptakan realitas. Contoh:
– “Kementerian Agama menentukan awal Ramadan dengan metode Hilal.”
– “Setiap pendidik harus memahami aspek pedagogi dalam mengajar.”
– “Aparatur Sipil Negara memiliki sumpah atau janji PNS.”
Pernyataan ini memberikan dampak yang nyata dalam bentuk performa atau tindakan.

5. Teori Konsensus
Teori konsensus menyatakan bahwa pernyataan dianggap benar sejauh ia mendapatkan dukungan atau terdapat kesepakatan dalam satu masyarakat ilmiah atau keahlian. Contoh:
– “Para founding father bersepakat mendirikan negara berbentuk republik.”
– “MPR bermufakat melakukan amandemen undang-undang dasar.”
– “Ilmuwan menetapkan paradigma dan metodologi penelitian kualitatif.”
Kebenaran ditentukan oleh adanya kesepakatan di antara partisipan rasional dalam sebuah diskursus ilmiah.

Menggunakan teori-teori kebenaran ini, kita dapat mengukur dan memvalidasi setiap pernyataan untuk menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Ini penting agar kita bisa memahami dan mengamati pernyataan-pernyataan dari tokoh negarawan, agamawan, ilmuwan, atau lainnya, apakah sesuai dengan kebenaran atau tidak.

Oleh : Rosadi Jamani.


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *