POST KOTA || Pontianak, – Pasar tradisional merupakan pasar dambaan masyarakat kota Pontianak. Keberadaan pasar tradisional masih menjadi tujuan utama masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok. Namun, pasar tradisional tidak bebas dari masalah.
Salah satu masalah yang menonjol adalah kondisi lantai dua pasar tradisional yang sepi dan tidak terawat. Padahal, pasar tradisional yang dibangun dua lantai seharusnya dapat berfungsi secara optimal baik dari perspektif ekonomi maupun sosial budaya.
Hal ini menjadi sorotan Dr. Herman Hofi Munawar, pengamat hukum yang juga warga Pontianak. Ia menilai bahwa pemkot Pontianak terkesan hanya berdiam diri tanpa memikirkan optimalisasi fungsi pasar tradisional.
“Sebagian besar kios di lantai atas pasar tradisional sudah ada pemiliknya, tetapi tidak ada aktivitas perdagangan. Bahkan, lantai dua pasar tradisional sering disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya, apalagi pada malam hari suasana gelap,” ujarnya kepada Post Kota, Selasa (9/1/2024).
Menurut Herman, pemkot Pontianak harus berupaya agar lantai atas pasar tradisional menarik konsumen untuk berbelanja sehingga para pedagang semangat untuk berdagang. Ia juga mengusulkan agar pemkot melakukan kerjasama dengan stakeholder terkait, serta melakukan evaluasi atas kepemilikan kios tersebut, dan menentukan langkah-langkah berikutnya.
“Pemkot Pontianak belum melihat arti pentingnya pasar tradisional untuk menggerakkan perekonomian rakyat. Bahkan, pasar tradisional itu bukan hanya cerita ekonomi semata, tetapi juga ada aspek budaya dan interaksi sosial,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa pasar tradisional merupakan aset penggerak ekonomi dan budaya yang terbukti tahan dari hantaman krisis ekonomi. Ia berharap bahwa pemkot Pontianak dapat mengeksplorasi potensi pasar tradisional yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata budaya.
“Melalui penataan pasar, kebersihan, dan keamanan yang terjaga, orang yang datang ke pasar merasa tidak hanya belanja tapi juga bisa rekreasi. Pasar tradisional dengan sentuhan tradisionalnya bisa menjadi ikon sendiri. Seharusnya pemkot telah menentukan langkah-langkah yang kongkret dan terukur bukan hanya sekadar wacana-wacana tanpa makna,” pungkasnya.
Abe Pers.