DULUNYA selain disebut kota amoy, juga disebut kota indah dan kota sunyi.
Kata sebagian anak muda, “Kota Singkawang adalah kota si patah hati”.
Kota yang tidak memiliki raja. Tidak di bawah Kesultanan Sambas dan juga tidak di bawah kekuasaan Kerajaan Mempawah atau Kesultanan Pontianak.
Kota Singkawang ini menyendiri, namun sangat tenang, damai, tenteram, nyaris tak ada pergolakan atau perang antar etnis sampai sekarang.
Kalau terjadi perang etnis di kota lain, orang-orang yang lari ke Singkawang lantas aman.
Etnis Melayu dulunya mayoritas dan tinggal di pinggir pantai sampai di kota.
Seluruhnya mereka beragama Islam dengan penghidupan mereka dari hasil nelayan secara tradisional dan berladang.
Adapun etnis Tionghoa, kebanyakan berada di pusat kota, di pasar-pasar sebagai pedagang dan juga tinggal di lembah-lembah dan di kaki gunung sebagai petani yang berladang dan berkebun serta berternak babi.
Sedangkan suku Dayak tinggalnya di pedalaman, jauh dari pusat kota Singkawang, jaraknya seperti antara kota Jakarta dengan kota Depok.
Kehidupan mereka bertani berpindah-pindah, berburu kijang dan rusa serta bertenak babi seperti orang Tionghoa.
Kota Singkawang luasnya sekitar tiga atau empat kali kota Depok, namun jumlah penduduknya hanya seperempat dari kota Depok.
Anda bisa bayangkan betapa sunyinya.
Maka, kalau ada anak muda yang jatuh cinta dikota Singkawang lalu patah hati, di istilahkan sebagai “bisa mati berdiri” karena kesepian, karena sampai di tahun enam puluhan, menjelang jatuhnya Orde Lama, tempat hiburan hanya ada di tiga bioskop saja.
Bioskop Kapitan yang kemudian berganti nama menjadi Bioskop Raya Ramoh, Bioskop Kapitol yang berganti nama menjadi Bioskop Kota Indah dan Bioskop Panggung Baru.
Etnis Melayu yang beristerikan amoy, gadis Tionghoa yang kemudian menjadi mualaf dari dahulu sudah banyak.
Maka jangan heran kalau tante, sepupu atau ponakan saya sekitar sepuluh persen adalah Tionghoa atau peranakan Tionghoa dari suku Haka alias suku Kek seperti Ahok.
Tionghoa Singkawang kalau lagi marah kepada anaknya mirip seperti Ahok lagi ngomel.
Tempat rekreasi di kota ini banyak sekali.
Dalam sehari naik mobil atau sepeda motor orang-orang bisa mengunjungi beberapa tempat rekreasi.
Tempat rekreasi itu semuanya alami, indah dan permai. Baru sekarang saja dilola dengan gaya modern.
Adapun kelebihan dari pantai-pantai di Singkawang sebagian besar adalah pantai pasir putih dan tidak berbahaya karena ombaknya tidak bergulung.
Anak-anak remaja kecil yang berenang seakan tampak sampai jauh ke tengah laut, selalu di seret ombak menuju ke tepian pantai.
Namun sekarang kota Singkawang sudah semakin ramai, sudah memiliki bandara di desa Pamilang yang jaraknya hanya setengah jam perjalanan dari pusat kota.
Keramaian Singkawang tampak semakin menyolok terutama di saat perayaan Imlek sampai Cap Go Me.
Banyak orang Tionghoa mengarak Naga, Kilin dan Barongsai.
Kilin itu seperti Barongsai juga tapi bertanduk satu, adanya di kota Singkawang.
Di kota ini orang-orang masing-masing dengan agamanya sebagaimana orang-orang di kota besar.
( Oleh : Iwan Wientania )