KUBU RAYA ( PostKota Pontianak ) – Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Hal tersebut diungkap pada Lokakarya Mini Lintas Sektoral Bidang Kesehatan Kecamatan Sungai Ambawang Tahun 2021, yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kab Kubu Raya bekerjasama dengan Pemerintah Kecamatan Sungai Ambawang, pada Kamis (17/06/2021).
Salah satu nara sumber dalam Lokakarya tersebut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kab. Kubu Raya Wan Iwansyah,S.Pd, SKM, MAP, mengusung Topik “Kepong Bakul Penurunan Stunting Kabupaten Kubu Raya”. Sosok yang biasa disapa Pak Iwan, ini menuturkan Kepong Bakul adalah sebuah ungkapan yang digunakan Bupati Kubu Raya dengan maksud menyelesaikan suatu masalah dari sektor manapun dengan cara bersama-sama.
BACA JUGA
Lantamal XII Terima Kunjungan Tim Kodifikasi Dari Kementerian Pertahanan RI
UNDP dan Universitas Islam Internasional Indonesia akan mendirikan Center of Excellence Keuangan Islam dalam mencapai SDGs
Melalui Anjangsana Babinsa Mempawah Hilir Pererat Hubungan dengan Warga
“Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya fokus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan kasus Stunting ini. Hasilnya, jumlah stunting yang cukup tinggi pada kurun 2015-2017 bahkan mencapai 25,6 persen di 2018, berhasil ditekan hingga menjadi 13 persen pada akhir November 2020. Pencapaian itu melebihi target nasional dan Kubu Raya yang sebesar 14 persen pada 2024,” ungkap Iwan.
Upaya penanganan stunting di Kubu Raya dimulai dengan membuat sejumlah regulasi. Di antaranya peraturan Bupati tentang gerakan pencegahan stunting di Kabupaten Kubu Raya. Di mana di dalamnya secara Kepong Bakul keterlibatan masyarakat, posyandu, dan puskesmas di dalam penanganan stunting.
Upaya penguatan pada sistem pendataan ibu hamil secara cepat, efektif, dan lengkap juga dilakukan. Data tersebut mencakup risiko kehamilan dan hasil pemeriksaan yang termonitor dengan tersentral di Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya. Kesemua itu, menurut Kabid Kesmas ini, efektif untuk menggerakkan partisipasi seluruh elemen terkait di desa.
“Jadi strateginya, stunting ini kan butuh partisipasi. Kalau kita tidak bergerak, berarti terjadi pembiaran karena harusnya bisa dicegah dengan cara yang komprehensif, terukur, dan sistematis,” tuturnya.
Menurut Iwan, stunting dapat dicegah. Yang terpenting tidak terlambat baik dalam tindakan maupun keputusan. Karena itu, sistem yang kuat harus dibangun di daerah. “Ini hanya soal fokus kita dan sampai sejauh mana kita mendaratkan solusi dan mengepung ibu-ibu hamil. Agar jangan sampai terlambat dalam segala hal,” pesannya. (kliwon)