Survei Dilawan Survei

 

Ilustrasi

Di saat posisi di bawah, nyalahkan survei. Bahasa Denny JA, buruk rupa cermin dibelah. Memang tak relevan nyalahkan lembaga survei. Karena, tidak apple to apple. Akan relevan bisa sesama lembaga survei adu tanding hasil surveinya. Barulah pas bila menyatakan, “Biarkan rakyat yang menilai hasil survei itu.”

Ceritanya begini wak. Selama ini kita selalu disuguhi hasil dari lembaga survei, itu tak itu saja. Seolah-olah gerombolan lembaga itu pemilik pembentuk persepsi di negeri ini. Kalau ada lembaga di luar gerombolannya, pasti ditanyakan kredibilitas atau tingkat kepercayaannya. Metode dan pengambilan sampelnya akan diungkit. Terakhir, siapa yang membiayai. Bagi yang suaranya selalu di bawah, sangat benci dengan lembaga survei ini. Kate orang Melayu, “Manas tak belawan.”

Akan berbeda bila suaranya selalu di atas. Kemenangan seperti di depan mata. Energi baru tercipta. Berita kemenangan disurvei itu disebarluaskan. Kalau ada orang di planet lain harus dikasih tahu. Maunya semua harus tahu, di survei Capresnya unggul. Lembaga survei dinyatakan sangat kredibel. Di-capture dan di-share di dunia maya dan nyata.

Nah, bagaimana kalau hasil survei berbeda dengan gerombolan lembaga survei itu?

Salah satu lembaga survei di luar gerombolan itu adalah Roy Morgan. Saya yakin rata-rata baru dengar. Wajar sih, karena lembaga ini bukan dalam negeri, bukan anggota Persepi, melainkan dari luar negeri. Roy Morgan dalam jajak pendapat terbarunya, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo saat ini memimpin dengan perolehan 38%, unggul atas pesaing terdekatnya, Prabowo Subianto (30%) dan Anies Baswedan (25%). Berbeda jauh ya. Biasanya selalu unggul itu Capres No. 2. Sementara No. 1 dan 3 kadang di tengah, kadang di bawah. Selalu unggul No. 2. Sekarang, bagaimana dengan hasil Roy Morgan ini, kok beda ya. Lembaga survei nya yang tak kredibel, sampelnya ngawur, dibayar, atau gimana? Bukankah pertanyaan ini bisa juga ditanyakan ke survei yang selalu menempatkan Capres No. 2 unggul.

Roy Morgan saat Pilpres 2019 lalu, surveinya tidak jauh berbeda dengan hasil KPU. Kali ini, ia lakukan jajak pendapat lagi. Di atas tadi hasilnya. Siapa Roy Morgan itu? Lembaga ini adalah salah satu lembaga riset dan konsultan terkemuka di Australia yang telah beroperasi selama lebih dari 75 tahun. Mereka menyediakan berbagai layanan penelitian pasar dan opini publik, mulai dari survei kepuasan pelanggan hingga pemilihan umum. Roy Morgan juga dikenal karena penggunaan teknologi canggih dalam melakukan survei, seperti wawancara langsung melalui telepon dan online. Hasil survei mereka sering kali digunakan oleh organisasi pemerintah, perusahaan swasta, media, dan lainnya untuk membantu mengambil keputusan bisnis yang strategis.

Pertanyaannya, lembaga mana yang lebih kredibel? Silakan jawab sendiri wak. Lembaga survei pasti punya kelemahan. Kelemahan fatal saat pengambilan sampel. Sampel itu sudah dikontruksi secara acak dulu sesuai dengan strata. Ketika sampel sudah ditentukan by name by address, tidak boleh diganti. Harus ketemu dengan sampel yang telah ditentukan.

Saya pernah jadi sampel salah satu lembaga survei. Untuk bisa ketemu saya, surveyornya sampai tiga kali ke rumah. Akhirnya ketemu di saat saya ada di rumah habis magrib. Habis diwawancara dikasih baju kaus berlogo lembaga surveinya. Surveyornya mengatakan, sampel harus ditemui, bagaimanapun caranya. Bisa saja diganti, tapi pasti ketahuan. Itu cerita sudah lama. Semenjak itu tak pernah lagi jadi sampel. Apakah pengambilan sampel seperti yang saya alami atau cukup ditelepon saja. Masalah ini yang sering dikejar publik, apakah benar sampel itu diwawancarai atau ngarang-ngarang atau hasilnya direkayasa. Sampai saat ini tak ada bisa membeberkannya secara jujur ke publik. Yang ada hanya hasilnya.

Logika sederhana, kalau memang Capres No. 2 unggul, semua lembaga survei hasilnya selalu di atas. Karena sampelnya sama, rakyat Indonesia. Ketika ada lembaga survei hasilnya berbeda, lalu di mana salahnya. Kok, beda sendiri. Apakah yang selalu unggul itu sampelnya hanya di daerah pendukung saja. Atau daerah yang terlebih dahulu diguyur Bansos dulu. Atau, yang berbeda itu hasilnya benar objektif, apa adanya. Banyak pertanyaan publik terkait hasil survei dan banyak tidak bisa dijawab.

#camanewak

Oleh RJ.


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *