Warung Madura Melawan Kapitalisme “Tutup Kalau Kiamat”

 

Ilustrasi

Oleh Rosadi J.

Lagi ramai cerita Warung Madura. Awalnya saya tak ngeh. Ternyata para pengusaha mart (tak perlu saya sebutkan) merasa terganggu oleh Warung Madura yang buka sepanjang masa. Slogannya gila, “Tutup Kalau Kiamat” Para kaum kapitalis yang tak suka usaha orang kecil, ngadu ke Kementerian Koperasi dan UMK. Minta pedagang Warung Madura janganlah buka sampai 24 jam. Ikuti aturan. Sampai di sini paham ya, kemana keberpihakan pemerintah.

“Punya modal sendiri. Buka di tempat sendiri. Hanya untuk bertahan hidup, bukan untuk kaya raya. Gara-gara tutup kalau kiamat, mau ditertibkan. Giliran para pengusaha mart yang banyak merugikan pedagang kecil itu, tak pernah dipersoalkan,” teriak salah satu netizen. Banyak teriakan netizen yang lebih barbar lagi menyikapi Warung Madura.

Ada sedikit lebih intelek. “Hanya warung Madura yang bisa melawan kaum kapitalis.” Ada benarnya sih. Kaum kapitalis yang memang berdagang mencari kekayaan sebanyak-banyaknya tak suka disaingi. Mereka bisa menggunakan penguasa untuk menertibkan para pedagang kecil yang sekadar bertahan hidup. Di Pontianak, ada kios kecil berupa gerobak buka 24 jam. Di depannya ada mart. Kios kecil yang hanya jualan rokok, obat nyamuk, sachet kopi, mie instant, jual bensin. Hanya ngandalkan pembeli yang lewat. Sebernanya tak mengganggu keberadaan mart. Pedagang kios kecil itu orang Madura. Kios kecil ini banyak. Selama ini tak ada persoalan. Fine-fine saja.

Warung Madura yang dipersoalkan itu ada di Bali. Eksistensi mart yang bertebaran di Pulau Dewata itu merasa terusik oleh warung Madura. Maunya mereka, warung Madura cukup buka sampai 11 malam saja. Mereka tak mau menegur langsung, layangkan protes Pemda dan sampailah ke Kementerian Koperasi UKM. Kalau dipikir, orang mau buka 24 jam, suka-suka dialah. Karena menyediakan kebutuhan masyarakat. Tak ada yang terganggu. Kecuali diskotik yang suaranya nyaring di tengah malam, bolehlah diprotes. Karena, bisa mengganggu orang mau tidur. Ini hanya warung kecil, di pojok lagi, buka 24 jam, kecuali hari sudah kiamat baru tutup, malah diirikan para pemodal besar itu. Udah gitu, curang, nah lho, muncul kata curang pula, hehehe. Curang karena mendesak Pemda untuk ditertibkan. Padahal, sama-sama pedagang yang rezekinya Tuhan yang ngatur.

Begitulah wak dunia usaha. Tak semudah yang dibayangkan. Persaingannya tak kalah dengan dunia politik. Segala intrik curang bisa saja dilakukan. Lawan bisnis tak jarang menghalalkan segala cara agar usaha bisa rugi atau bangkrut. Maunya, ia sendiri menguasai pasar. Tak boleh ada saingan. Tak bisa dihancurkan secara bisnis, bisa gunakan jurus penguasa yang terbiasa gunakan trik politik. Jangan heran para kaum kapitalis itu biasanya berteman akrab dengan penguasa. Memang berat untuk dilawan. Mau melawannya harus mental baja seperti mental Timnas mengalahkan Korsel 11-10. Nah, mental itu ada pada pedagang orang Madura. “Tutup kalau kiamat.” Ngeri ndak slogannya ini wak. Wajar para pedagang yang menguasai dari pojok-pojok kota sampai ke kampung-kampung itu mulai terusik.

Apakah warung Madura itu curang? Silakan laporkan ke MK, ups…

Selamat Malam Minggu semua.

#camanewak


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *