Saya masuk kuliah di awal tahun 1970 dan mendapatkan mahasiswa ASRI nyaris pada gondrong semua.
Saya lihat gaya mereka nyentrik habis.
Sampai-sampai adik kelas saya, Hendra Wiryadipura yang berasal dari Bandung mengatakan bahwa dia tercengang melihat kampus Asri _” Belum pernah gua ketemu kampus seperti di ASRI ini. Gua kan pernah kuliah di UNPAD, dan Bandung adalah kota modis, tapi tak seeksentrik seperti kawan-kawan di sini “_
Dan di akhir tahun 1971 kami sekampus dari seluruh jurusan pameran di Salatiga, kalau tak salah di gedung Makuto Romo.
Pada masa itu kami bertemu dengan Melani, kakak Roy Marten yang menyandang gelar Miss Fotogenic Kampus Se-Indonesia, yang kemudian dijadikan model lukisan oleh senioren kami.
Saat itu Roy Marten masih es em pe dan nempel kemana kakaknya pergi. Istilah sekarang “pansos”, nebeng ngetop dengan kakaknya, Melani, yang memang cantik.
Saya sendiri seorang pelukis dan ilustrator menyaksikan pameran itu, koleksi karya mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI Yogyakarta selama dua puluh satu tahun sejak berdirinya, terkagum-kagum.
Memang luar biasa.
Mungkin karena di masa itu seniman benar-benar seniman, bukan seniman mengejar uang, karya mereka sangat berkesan kalau tak bisa dikatakan menakjubkan.
Diantaranya ada dipamerkan lukisan perangko dan uang dari jurusan seni grafik.
Dan ada juga lukisan taman dan interior dari jurusan seni dekorasi dan lain-lain.
Sulit tandingannya sampai di masa sekarang.
Sayang kampus ASRI di Gampingan Yogyakarta itu kemudian terbakar.
Terjadinya peristiwa itu setelah saya di jakarta.
Tentu koleksi mahasiswa ASRI selama puluhan tahun ikut terbakar.
Dan beberapa tahun kemudian saya dengar Galeri Amri Yahya juga terbakar di kala Amri yahya terbaring di Rumah Sakit.
Saya menangis di dalam hati.
Teringat masa prabakti (pelonco), di saat-saat kami sholat berjama’ah di Galeri yang penuh lukisan ekspresionistik itu.
Iwan Wientania
( Depok awal Nopember 2024 ).