Oleh : Rosadi Jamani
Baru saja cukur rambut. Bukan karena nazar politik. Bukan juga karena habis debat capres. Cukur rambur karena sudah saat dipendekkan secara regular.
“Mau nanya, apakah sudah ada mesin cukur Ai, Bang?” tanya saya ke tukang cukur asal Telok Batang Kayong Utara di Jalan Penjara Pontianak.
“Ai, itu apaan, Pak?” tanyanya balik. Tukang cukur tak tahu apa itu Ai, masih awam sepertinya. Padahal masih muda.
“Ai itu artificial intelligent, kecerdasan buatan. Mesin cukur yang bila dimasukkan kepala, ia nyukur sendiri sesuai selera kita. Dalam hitungan menit, rambut sudah rapi dan keren,” jelas saya.
“Memang ada mesin cukur itu sekarang, Pak?”
“Belum ada. Makanya saya tanya, siapa tahu ente pernah dengarnya.”
“Belum pernah, Pak. Wah, kalau ada mesin cukur macam itu, habislah kerjaan kami ini,” lirihnya.
“Itu hanya khalayan saya saja. Mesin cukurnya sampai saat ini belum ditemukan. Sejauh ini baru mesin cukurnya saja yang mengalami kemajuan pesat,” jelas saya. Ia pun tersenyum.
Sejauh ini memang belum ada mesin cukur gunakan Ai. Apabila ada, tamat profesi yang sudah ada ribuan tahun lalu itu. Misal, datang ke mall, ada tulisan “Cukur Rambut Robot”. Lihat monitor, cari model rambut trendy, atau customize. Dirasakan sudah ok, masukkan kepala dalam tabung. Pencet tombol ok. Mesin itu bekerja sesuai prompt. Dalam hitungan menit, selesai. Cepat, mudah, dan bagus. Tanpa harus antre. Sebuah khalayan.
Tenang untuk seluruh tukang cukur, mesinnya belum ditemukan. Baru sekadar imaginasi saya saja.
Waktu kecil saya biasa dicukur tukang cukur gunakan alat gunting, sisir, dan silet. Lalu, berkembang ada alat cukur mirip kodok. Alat ini terus berkembang, muncullah alat cukur listrik. Awal kemunculan masih dicolokkan ke listrik. Sekarang, sudah gunakan baterai. Kalau hanya cukur rambut saja, biasa harganya. Berbeda bila minta juga cukurkan kumis, bulu hidung, dan jenggot. Nambah lagi harganya. Mau lebih kinclong, cuci wajah atau pacel. Lebih keren lagi cuci rambut juga. Apabila semua item itu diikutkan bisa merogoh kocek ratusan ribu. Betapa mahalnya untuk terlihat ganteng ya.
Sementara cukur rambut sebuah kewajiban alamiah. Siapun pun prianya pasti cukur rambut secara berkala. Gara-gara inilah tukang cukur ada dan masih eksis hingga saat ini. Mesin juga belum bisa menggantikan profesi tukang pangkas ini.
Pertanyaan terakhir saya pada tukang cukur itu, “Apa jadinya bila tukang cukur tidak ada di dunia?” Dia hanya tersenyum. Silakan jawab sendiri wak.
#camanewak