Siapa tidak kenal Hotman Paris, pengacara kondang yang selalu membuat panas. Kali ini, pengacara Prabowo saat di MK ini membuat panas warga Makassar Sulawesi Selatan.
“Malam ini Bang Hotman akan berdansa dengan kalian. Ya…yang ini akan menjadi pusat hiburan yang sangat cocok relasi bisnis, sahabat-sahabat Anda. Model-model, cewek-cewek cantik mau jadi Aspri (asisten pribadi) cepat datang malam ini. Hotman masih butuh wanita tercantik sampai 1000 orang di Indonesia. W Super Club resmi dibuka di Makassar, tanggal 27 Mei 2024. Mari kita berdansa sampai akhir zaman,” ucap Hotman sambil memamerkan cincin berlian di jemarinya dengan badan bergoyang.
Itulah penggalan sepatah kata usai W Super Club dibuka Hotman. Nah, gara-gara sepatah kata itu, marah warga satu kota. Risiko jadi orang ternama. Setiap kata-katanya berpengaruh luar biasa. Positif bisa. Negatif pun bisa. Hotman kali ini seperti kena getahnya. Gara-gara ajakan berdansa sampai akhir zaman, warga Makassar marah besar. W Super Club, tempat hiburan yang baru saja diresmikan dan dibuka untuk umum, malam 31 Mei sudah ditutup Polresta Makassar. Belum juga berdansa, tempatnya sudah dipasangi tali kuning.
Lidah memang tidak bertulang. Begitu kata yang keluar dari lidah, bisa menusuk sampai ke relung hati. Memang tidak berdarah, tapi sakitnya jauh lebih lerih. Gara-gara “Berdansa sampai akhir zaman” Hotman seperti menjadi musuh negeri para Puang. Hati warga Makassar begitu perihnya dengan ucapan pengacara top itu. Lewat Majelis Ulama Indonesia (MUI), mereka menyalurkan penolakannya. MUI pun meminta polisi untuk menutup tempat hiburan bernilai miliaran rupiah itu. Apes dah.
Saya melihatnya ini soal etika dan moral. Secara hukum, ucapan Hotman itu tak melanggar hukum. Ia berseloroh begitu saja, dan hanya ngajak berdansa. Memang dilarang berdansa di negeri ini. Wah kalau dilarang, bisa tutup semua tempat hiburan yang menyediakan pengunjung berdansa. Tak ada pasal melarang berdansa. Dibawa ke MK, apalagi ke MA, tak ketemu tu pasalnya. Secara hukum formil, tak melanggar. Tapi, secara etika dan moral, kena deh.
Orang Makassar kurang lebih orang Aceh, religius. Hal-hal yang menurut mereka berbau maksiat, mereka akan tolak. Tempat hiburan yang baru saja dibuka itu, menurut mereka berbau maksiat. Ditambah ajakan Hotman “Mari berdansa sampai akhir zaman” semakin klop. Cobalah diajak ke tempat ibadah, pasti didukung. Mulut Horman seperti tak bertika menyinggung perasaan warga Makassar yang terkenal religius dan menjunjung tinggi adat istiadat.
Padahal, bukan sekadar membuka tempat hiburan, pengacara yang hanya takut sama istrinya itu, juga membuka layanan Hotman 911, layanan hukum gratis untuk warga Makassar. Niatnya sangat mulia. Bantuan hukum gratis, siapa yang tak mau. Lho kalau mau nyewa Hotman sebagai pengacara, siapkan dulu uang miliaran. Hotman 911, ia siapkan gratis buat warga Makassar. Tapi, semua itu tak ada artinya bila hati sudah terluka. Hati terluka tak bisa diobati lagi.
Sebuah bukti betapa negeri ini masih sangat menjunjung tinggi etika dan moral. Dari kasus ini kita belajar, hati-hati bila ngomong. Jaga kata-kata agar tak menyinggung perasaan orang. Orang bisa sakit hati dan nekat. Ketika sudah nekat, berat mau dilawan. Apalagi orang terkenal dan ternama, setiap ucapannya memiliki pengaruh besar. Kecuali, macam saya ini, mau ngomong apapun, tak didengar orang, maklum orang “uras pasar” kata orang Sambas.
#camanewak