Foto Ilustrasi/Ist.
Oleh Iwan Wientania.
Ada yang bertanya di Group Whatsapp seniman, kupanggil saja dia mbak Nur,
_”Mas Ridwan dulu kuliah di Yogja ?”_
Saya jawab,
_” Ya. Saya tinggal di sebelah utara pendopo Tejokusuman, pojok Benteng._
_Di belakang rumah kost saya, Bengkel Teater Rendra yang hanya dipisahkan kali kecil, kali Winongo, yang bisa diseeberangi dengan jalan kaki “_
Dia tanya lagi,
_”Dulu Mas Ridwan biasa nonton anak didik Rendra latihan drama ?”_
Saya jawab,
_” Saya nggak punya waktu ke-Bengkel Teater Rendra karena waktu saya habis tersita tugas kuliah, melukis, bikin sketsa, belajar seni drama, menulis dan lain-lain ._
_Namun Rendra sekali waktu jadi dosen tamu di Asri, dan beberapa anak Bengkel Teater teman saya juga di kampus._
_Adapun dosen apresiasi drama di Asri, pada malam hari, sastrawan Darmanto Jatman, dosen Undip._
_Di Yogya banyak Seniman, dari Seniman seni klasik sampai modern._
_Bagong Kussudiarjo seorang maestro serba bisa, dia guru seni tari, sendratari, teater dan lukis._
_Saya adik kelas Adi Kurdi, tapi dia di jurusan patung dan juga ikut teaternya Rendra._
_Seniman Yogya adalah Seniman benaran, nggak kerja lain, paling jadi dosen._
_Yogya masa itu memang sangat nyeni dan nyentrik._
_Sekarang nggak tau ya… 20 th tidak ke Yogya “._
Dia, bertanya lagi, _”Mas Ridwan kuliah di Asri ?”_
Saya jawab,
_” Ya, di jurusan seni Lukis dengan apresiasi seni drama dari ba’da magrib sampai jam sembilan malam dibimbing sasterawan Darmanto Jatman “_
Dia balas,
_” Oh Pelukis, dramawan dan penulis. Paket komplit “_
Sebenarnya sekarang aku nyaris tak menyeniman lagi.
Cat minyakku barangkali sudah membeku di lemari sejak sepuluh tahun lalu.
Kanvas kosong pun tersadar di dinding mulai berdebu.
Sekarang aku hanya dapat menulis artikel, puisi, dan cerita pendek menurutkan kata hati sambil menatap hari-hari dan malam-malamku yang terasa kian sunyi di antara riuh rendahnya teriakkan pedagang keliling dan deru kendaraan yang melintas di depan rumahku.
Aku sadar bahwa hari-hari telah mengikis usiakuku.
Dan tak banyak lagi tuntutan walau cita rasa berseni dan kebebasannya kadang masih mengusik jiwaku.
Aku menang harus mereduksi itu karena aku ingin kedekatan dzikir dan do’aku kepada-Nya bersenandung selalu.
( Depok, akhir November 2024 )