~ Cerita Tentang Angin, Ranting, Daun dan Rerumputan ~

 

Jimmy

Oleh : Jimmy S Johansyah

adalah angin yang sunyi dan semilir

berpusar pada inti desaunya

saat ia hendak menjemput badai
disentuhnya ranting-ranting tidur
dan nyenyak daun
“berjagalah kalian. sebentar lagi aku
akan menjadi badai.

agar semua tahu bahwa aku sejuk, lembut
dan paling keras!
katakan kepada rerumputan bersiaplah untuk
rebah – serebah tanah!”

saat angin mulai berputar bersama badai
ranting dan daun tetap diam dalam tidur mereka
demikianpun rerumputan
senyap berangkulan di savanna – tenang dan hijau
mereka saling berbicara:
“tak ada tempat bagi angin
walau datang bersama badai
sebab badai tak akan berwujud
tanpa kami. ia ‘kan hilang tanda samasekali tak berarti …”

ketika angin menggeram, berderak-derak tajam
dengan suara kesakitan yang dibawanya dari udara purba
ranting, daun dan rerumputan hanya menoleh sejenak
memunggungi desakan angin tua
yang mengamuk
sebelum guntur dan hujan memberi isyarat permulaan

mengapa angin yang saban petang menyanyi itu
mendadak gusar – hilang jiwa keanginannya?

mengapa angin melepas tugasnya
menebar suara tuhan di langit manusia?
itulah pertanyaan seekor burung kecil
yang terkapar dengan belulang remuk redam

dipilas-pilas angin
sekarat di atas tanah porak poranda
segala yang masih ada
tak bersisa.

Pontianak, 29 Juni 202

postkotapontianak.com


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *