Nyenyak tidur tadi malam. Timnas yang diremehkan, tim paling lemah, justru sukses mengalahkan Vietnam 0-1. Terbukti, di lapangan apa saja bisa terjadi. Sangat berbeda dengan di atas kertas.
Usai dibantai Irak 1-3 di awal laga, rasanya malas nak nonton Timnas main. Apalagi lawannya, Vietnam yang dijuluki The Golden Star. Hampir semua analis lembaga survei, ups pengamat sepakbola maksudnya, prediksi Timnas bakal keok. Apalagi saat melawan Jepang, negeri Nguyen tampil apik walau kalah 4-2. Siapa sangka, Asnawi cs tampil luar biasa. Mata yang awalnya sudah 5watt, terang kembali. Biasanya barisan pertahanan selalu dikurung serangan lawan, kali ini berbalik. Timnas justru tampil menyerang.
Sebuah aksi dari Rafael Struick di area penalti harus dihentikan pemain Vietnam. Cara menghentikannya salah, baju putih tanpa noda Struick malah ditarik. Jatuh. Wasit yang tak jauh dari aksi pelanggaran Pemilu, ups salah, pelanggaran FIFA itu langsung, priiit. Penalti. Asnawa Mangku Alam disuruh STY jadi eksekutor.
Alamak, Asnawi suruh nendang, kenapa tidak Marselino Ferdinan. Bisa gagal. Awal perasaan saya begitu. Eh…tak disangka pemain berdarah Bugis sukses menjalankan tugasnya. Gawang Filip Nguyen bobol di menit 42 . Timnas menang 0-1, bukan 01, jangan salah artikan ya..hehehe.
Putaran pertama menang 0-1. Di putaran kedua, lebih seru. Vietnam seperti mengamuk. Sempat kedodoran dana kampanye, ups salah, kedodoran barisan pertahanan Timnas. Jordi Amat harus ditandu keluar akibat gencarnya serangan fajar, ups salah lagi deh, serangan Nguyen maksudnya. Kok jadi latah dengan politik ya.
Pelatih asal Korea Selatan, STY tak mau anak asuhnya diobok-obok, ia turunkan pemain lapis kedua, asli orang kita, bukan imigran. Hasilnya, pemain yang lahir di NKRI bisa kembali mengimbangi gempuran penyerang Vietnam baik dari darat dan udara.
Menit 90 tiba, eh rupanya wasit nambah waktu 10 menit. Bangke benar dah. Pemain Timnas mencoba membuat drama, biasa ngulur waktu. Pura-pura playing victim lah. Arhan Pratama sempat dikartu kuning karena dinilai men-delay waktu. Waktu terus berjalan. Semenit mau usai, ini permainan sangat sport jantung. Vietnam dengan 10 pemain seperti kesetanan. Sampai kipernya ikut menyerang. Ini kalau gol, waktu langsung habis. Untung saja aksi gemilang Ernando Ari patut dikasih Bansos, ups salah lagi, patut dikasih gelar man of the match. Bansos pula, mana mau pemain Timnas, hehehe.
Waktu benar-benar habis. Tak ada lagi penambahan. Timnas unggul dari Vietnam, musuh bebuyutan di Asteng. Walaupun hanya 0-1, berasa bangat, kayak juara rasanya. Timnas mengoleksi tiga point, berada peringkat tiga klasemen Grup D. Tinggal satu lagi musuh tersisa, Jepang. Wah, lawan Jepang ini secara teori kalah. Peringkat satu Asia melawan peringkat 142. Ngeper rasanya menunggu duel maut ini. Tak ada pilihan buat Timnas, wajib menang bila ingin lolos. Kalau seri apalagi kalah, berat mau lolos karena kalah selisih gol dengan Jepang.
Camanewak. Ternyata kekuatan di atas kertas, berbeda jauh di lapangan. Bola itu bulat. Apa saja bisa terjadi. Vietnam secara teori unggul karena peringkat FIFA nya 99. Sementara Timnas baru berada di posisi 145. Jomplang bangat. Di lapangan lah sesungguhnya kekuatan itu. Tim paling lemah justru menyingkirkan tim kuat yand didukung dana melimpah, aparat, kades, Asn, ups salah lagi, maksudnya didukung fighting spirit yang kuat. Kenapa suka latah ya. Harus dibawa ngopi dulu ni.
#camanewak