POST KOTA : MEMPAWAH
Tepat di jantung Istana Amantubillah Mempawah, sebuah peristiwa bersejarah melanda saat Dr. Ir. Maradan Adijaya Kesuma Ibrahim, M.Sc, atau dikenal sebagai PYAM. Raja Mempawah XIII, menerima kunjungan istimewa dari Dewan Adat Dayak (DAD) Kecamatan Toho. Dipimpin oleh Alpian, Ketua DAD Kecamatan Mempawah, rombongan tiba untuk melaksanakan prosesi adat yang langka, yakni Permintaan Maaf atas kelalaian panitia dalam acara Naik Dango 2024 Kecamatan Toho.
Kedatangan mereka bukan sekadar pertemuan formal, melainkan sebuah upacara yang mengikat hubungan antara dua komunitas dengan kekayaan budaya yang unik. Dalam suasana penuh kehangatan, rombongan disambut oleh Raja Mempawah XIII dan keluarga istana, menandai awal dari sebuah seremoni yang sarat makna.
Dalam prosesi yang dilakukan dengan penuh kehormatan, terjadi pertukaran perlengkapan adat yang melambangkan permohonan maaf dari DAD Kecamatan Toho atas kelalaian panitia. Penyerahan tempayan dan perlengkapan lainnya menjadi simbol tekad untuk memperbaiki kesalahan dan memulihkan hubungan yang harmonis.
Namun, lebih dari sekadar permintaan maaf, pesan perdamaian dan persaudaraan yang disampaikan oleh Dr. Mardan, menyentuh hati para hadirin. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya menjaga kebersamaan dalam perbedaan serta tidak terpecah belah oleh pengaruh luar. Kata-kata bijak ini menginspirasi untuk memperkuat hubungan antarbudaya dan membangun solidaritas di tengah dinamika masyarakat modern.
Momentum ini bukan hanya menjadi titik balik dalam hubungan antara Kecamatan Toho dan Raja Mempawah, tetapi juga menandai komitmen bersama untuk memelihara warisan budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Dengan langkah-langkah konkrit seperti ini, diharapkan bahwa keragaman budaya di Indonesia tetap menjadi sumber kekayaan yang mempersatukan, bukan memecah belah.
Penulis : R. Purnama