Politik Identitas Jadi Ancaman Demokrasi, PIC: Pemuda Harus Hindari Narasi Pemecah Belah Bangsa!

Jakarta

JAKARTA ( PKP ) : Memaknai 77 tahun Indonesia merdeka, para pemuda-pemudi generasi penerus bangsa sepatutnya memiliki bekal wawasan politik kebangsaan, menjadi garda terdepan dalam membela dan cinta tanah airnya. Hal tersebut, guna menanggulangi dan mencegah lebih dini pengaruh negatif dari Politik Identitas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berkenaan menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus menjelang pesta demokrasi 2024. Para pemuda yang tergabung dalam Pemuda Indonesia Center (PIC) menggelar diskusi Politik Identitas yang mengedukasi, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (16/8) siang.

Diskusi publik Politik Identitas bertemakan “Pengaruh Politik Identitas Terhadap Iklim Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” itu turut dihadiri oleh para pembicara yakni Dayanto, Tenaga Ahli Bawaslu RI, Romo Antonius Suyadi Pr, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan Keuskupan Agung Jakarta, Mayjen TNI (Purn) Kasim Genawi, Kabid Idiologi dan Kesatuan Bangsa PHDI Pusat.

Kemudian juga Farid F. Saenong, Kabid Diklat BPMI Masjid Istiqlal, Romo Asun Gautama, Wasekjend DPP WALUBI, Rosiana Indah Purnomo, Kepala Biro Pemuda Remaja PGI, dan Hari Soelistyo Adi, Presidium GEMA PAKTI Pusat.

Pada kesempatan itu, Ketua umum Pemuda Indonesia Center (PIC), Ahmad Rifaldi menyampaikan, kegiatan diskusi ini diadakan oleh kawan-kawan yang tergabung dari pemuda, masyarakat dan mahasiswa.

Kenapa diambil tema Politik Identitas? Dikarenakan iklim perpolitikan saat ini dan menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-77 para pemuda penerus bangsa sepatutnya dapat menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Tentunya, diskusi yang membahas Politik Identitas ini menjadi satu hal sebagai edukasi sehingga perlu diberikan sosialisasi dan pemahaman kepada para pemuda, masyarakat maupun mahasiswa,” kata Rifaldi pada ipol.id, Selasa (16/8).

Selain itu, lanjut dia, sebagai bentuk penanggulangan bahwa Politik Identitas ini tidak boleh digunakan untuk hal yang bisa memperkeruh atau yang dapat membuat kehidupan berbangsa dan bernegara ini menjadi tidak baik. “Salah satunya edukasi, pembahasan faktor suku, ras dan agama ini kita berikan kepada mahasiswa secara umum,” tukasnya.

Untuk itu, dalam kegiatan itu turut mengundang berbagai pemateri dari Lintas Agama hingga Bawaslu, untuk memberikan masukan dan memaparkan materi kepada para mahasiswa, pemuda dan masyarakat agar memahami bagaimana Politik Identitas itu digunakan.

Lebih jauh saat ditanyakan bagaimana pengaruh Politik Identitas terhadap iklim kehidupan berbangsa dan bernegara? Tentunya, dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali ditemukan di masyarakat, pemuda dan mahasiswa yang sering terpengaruh Politik Identitas.

Sedangkan diungkapnya, Pak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah menyampaikan bahwa tidak boleh lagi ada Politik Identitas, tidak boleh lagi ada politik yang mengatasnamakan agama, suku, ras dan sebagainya untuk memecah kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Untuk itu, kita gelar kegiatan ini tujuannya sebagai bentuk penanggulangan dan pencegahan dini atas pengaruh-pengaruh negatif yang bisa dimunculkan dari Politik Identitas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.

Sebelumnya, Presiden RI Jokowi memberikan pesannya terkait polarisasi jelang Pemilu 2024 dalam Sidang Tahunan MPR bersama DPR dan DPD. “Saya ingatkan jangan ada lagi Politik Identitas, jangan ada lagi Politisasi Agama, jangan ada lagi Polarisasi Sosial,” tutur Presiden RI, Joko Widodo yang mengenakan busana adat baju Paksian dari Provinsi Bangka Belitung, Selasa (16/8).

Hari ini, Presiden Jokowi datang ke Gedung MPR RI berbusana adat baju Paksian dari Provinsi Bangka Belitung dengan motif Pucuk Rebung, yang melambangkan kerukunan, dan warna hijau. Dipilihnya warna hijau tersebut, karena mengandung filosofi kesejukan, harapan dan pertumbuhan.

Rifaldi menambahkan, tujuan lainnya juga tuk memberikan edukasi kepada mahasiswa, pemuda dan masyarakat tentang Politik Identitas guna menjaga perdamaian dalam kontestasi politik dari segala aspek termaksud aspek suku, ras dan agama.

“Kegiatan positif dan diskusi juga harus terus dibuat sebagai sarana penyampaian dan penyatuan frame pemahaman tentang Politik Identitas agar tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab”.

Pada diskusi yang dibagi menjadi dua sesi, baik online dan offline. Harapannya, mahasiswa yang hari ini mengikuti diskusi, dialog bisa menjadi influenser. “Bisa menjadi salah satu dari sekian banyak mahasiswa dan pemuda di Indonesia serta bisa menjadi orang yang memberikan kontribusi nyata memberikan sosialisasi dan pemahaman terkait Politik Identitas itu sendiri”.

Sementara itu, kegiatan lanjutan dari dialog ini juga bakal dilakukan follow up sosialisasi, pemahaman dan pendataan lebih rinci segala bentuk tentang bahaya Politik Identitas, jika digunakan dengan tidak tepat dan dampaknya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara./*

Rifan/ Dhien Subari.


Write a Reply or Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *