Oleh R. Jamani
Kemenangan 02 tinggal menunggu waktu saja. Hampir pasti menang tinggal menunggu keputusan KPU. Banyak yang sudah realistis. Bahkan, mulai prakmatis. Namun, tak sedikit masih idealis. Kemenangan Prabowo-Gibran penuh kecurangan. Salah satunya diperlihatkan dengan gagah perkasa, Eef Saifulloh Fatah SIP MA PHd, akrab disapa Kang Eep.
Lewat podcastnya Keep Talking (Kang Eep Berbicara), ia menyatakan, “Kita Lawan Sampai 2029.” Sebuah ultimatimatum menandakan ia terus melawan sampai Pemilu 2029. Dalam kata pembukanya, konsultan politik AMIN ini menyatakan,” Jika pemimpin yang buruk memimpin kita dan kita tetap diam, maka kejahatan akan merajalela. Ternyata pemimpin yang bisa memerintah secara sewenang-wenang di banyak tempat bisa saja sewenang-wenang memimpin Indonesia. Bangsa yang besar ini diuji dengan cobaan yang besar. Saya merasa hidup kami tidak akan baik-baik saja, berkali-kali Indonesia dilanda krisis. Saya tidak pernah kehilangan kepercayaan terhadap sesama orang Indonesia. Sektor informal, usaha kecil, ekonomi kerakyatan lah yang menjadikan ketahanan ekonomi Indonesia sangat kuat. Namun, saya yakin kitalah yang akan menjadikannya lebih baik dan saya yakin setiap orang yang berjuang akan diberi imbalan yang setimpal.”
Cukup panjang beliau memaparkan bagaimana cara melawan. Siapa saja yang memiliki idealisme demokrasi, silakan melawan sesuai dengan profesi dan caranya. Bila didiamkan, demokrasi akan semakin hancur. Untuk itu harus dilawan. Kira-kira begitu keinginan Eep yang wara-wiri di telivisi mengkoreksi lembaga survei.
Lho mau ndak diajak melawan? Yang merasa tak terima kemenangan 02 karena banyak kecurangan, pasti mau. Mereka akan terus mengumandangkan, Pemilu 2024 terburuk dan penuh kecurangan. Penuh pelanggaran Terstruktur Sistematis Massif. “Apa gunanya kemangan kalau didapat dengan cara curang!” Ungkapan ini akan terus menggema sebagai bentuk perlawanan.
Sementara pendukung 02, pasti sedang merayakan kemenangan. Perihal ada perlawanan, cukup didiamkan. Jangan diladeni, anggap saja itu onani atau mimpi di siang bolong. “Berharap menang tapi suka sebar video hoax,” sindir pendukung 02. Kelompok ini pasti ogah diajak Eep melawan.
Bagaimana denga pendukung 03? Kelompok ini perlahan mulai realistis. Memang ada perlawan, cuma tidak sehebat pendukung 01. Malah dihadapkan pada fakta anomali. Suara Ganjar kecil, kok suara PDIP tertinggi. Mestinya linear. PDIP sedang melakukan investigasi. Bahkan, caleg PDIP terpilih bisa terancam tak dilantik, karena lebih mementingkan dirinya ketimbang memperjuangkan presiden. Sibuk dengan masalah internal. Sikap resmi 03 belum ada, karena semua menunggu keputusan KPU. Seandainya, PDIP secara resmi memilih di luar pemerintahan, ini baru perlawanan sejati sampai 2029. Bisa sejalan dengan ajakan Kang Eep.
Makin ke sini, situasi politik mulai dingin. Ada sih masih teriak di jalan maupun medsos, tapi tak panas sebelumnya. Mulai banyak menerima kenyataan. Yang mau dilawan bukan kaleng-kaleng, jago di segala lini. Lho mau demo, bersiap dihadang preman. Apalagi ibukota resmi pindah ke IKN di Kaltim Agustus ini, mau demo kemana lagi. Mau demo ke hutan sana, hehehe.
Melawan penguasa bukan hal yang mudah. Dibutuhkan idealisme dan konsistensi. Bersiap dibully, diviralkan, diungkit segala rekam jejak, bahkan bersiap dilaporkan ke polisi. Hanya orang yang sudah putus urat takutnya bisa melawan. Bila ingin melawan, lawan dengan sepenuh hati, penuh perjuangan, siapkan mental baja dan tahan banting. Kalau digertak dikit lalu menciut, janganlah. Takut dijogetin oleh yang dilawan.
Harus ada perlawanan. Bila semua pada diam, semua bilang bagus, kejahatan apa pun dianggap benar. Jangan sampai ungkapan “Melanggar etika tidak masalah, asal jangan melanggar hukum” semakin tumbuh subur di negeri Pancasila.
#camanewak