Oleh Rosadi Jamani
BANYAK kecurangan saat pencoblosan. Sepakat. Banyak kecurangan saat perhitungan suara. Sepakat. Banyak kecurangan di Sirekap. Sepakat. Terus kalau banyak kecurangan, apakah bisa membatalkan Pemilu?
Tak semudah itu ferguso membatalkan Pemilu. Ada mekanismenya. Lewat Panwaslu, Baswaslu, Gakkumdu, dan terakhir ke Mahkamah Konstitusi (MK). Paling putusan akhirnya, hitung ulang atau pencoblosan ulang di lokasi kejadian. Kalau ada unsur pidana, tangkap dan penjarakan. Pemilu tetap jalan.
“Untuk apa menang, kalau curang!” teriak yang kalah. Ini sudah lain ceritanya.
Saya mau membahas ada dorongan kuat, pemenang Pilpres di-diskualifikasi atau digugurkan. Kemenangannya dikasih ke yang kalah. Jurus utamanya, Terstruktur Sistematis Massif (TSM). Senjata paling ampuh ni wak. Cuma, menggunakan jurus maut ini, tak semudah dibayangkan. Ibarat dunia silat, harus bertapa bertahun-tahun di Gunung Kawi dulu ni…hehehe.
Syarat utamanya harus ada bukti formil dan materil. Membaca persyaratannya saja udah puyeng. Apalagi mau memenuhi persyaratannya. Segala kecurangan mulai dari drama panas di MK, dugaan keterlibatan aparat TNI/Polri, menggerakan ASN, kepala desa, penggelembungan suara, sampai yang terakhir sedang heboh, aplikasi Sirekap. Kumpulkan semua buktinya. Lalu, hadirkan saksinya. Ini paling berat. Bukti ada, tapi saksi mau ndak diboyong ke Jakarta. Itu kalau mereka mau. Kalau mereka menolak atau pura-pura ngilang entah ke mana, bisa tanpa saksi dong. Jadi ingat Pilpres 2019 lalu, saksi yang dihadirkan malah jadi bahan dagelan.
Belum lagi menyusun logika hukumnya. Dibutuhkan ahli hukum yang piawai dan berpengalaman berperkara di MK untuk menggunakan jurus TSM ini. Berat memang, tapi bisa dilakukan dengan semangat berjuang sampai tetes darah penghabisan. Masih ada celah hukum bila merasa tak terima kekalahan. Gunakan semuanya agar plong. Semangat kawan.
Itu pun kalau masih percaya MK. Maklum, Paman Usman masih di sana. Seluruh hakim MK juga pernah divonis melanggar etika. Masih percaya? Soalnya, saat drama itu, banyak sudah tak percaya lagi dengan MK. Benteng terakhir mencari keadilan sudah tak dipercaya, lalu mau ngadu ke mana lagi? Ke Mahkamah Internasional. Kalau bisa, silakan saja. Sekalian jalan-jalan, ups.
Politik Uang Kembali Marak, Caleg Tertangkap Mesra dengan Uang Rp 300 Ribu di Grup WhatsApp
Proses perhitungan suara masih berlangsung. Tugas lembaga survei lewat quick countnya udah selesai. Tinggal menunggu real count dari KPU. Hitungan inilah yang jadi acuan utama. Acuan lebih dipercaya lagi, hitungan manual yang disahkan mulai dari PPK, KPU kabupaten/kota, sampai KPU pusat. Lewat putusan hitung manual inilah, kandidat bisa dinyatakan menang atau kalah secara hukum. Habis putusan ini juga, capres kalah yang merasa dicurangi, boleh ngajukan gugatan ke MK. Bila ada ngajukan gugatan, yang merasa menang, tahan dulu perayaannya. Putusan MK nanti menjadikan kemenangan itu sah secara konstitusional. Boleh dah tu rayakan semeriah mungkin. Bila perlu diajak makan gratis semua.
Timnas Amin masih menunggu real count. Mereka masih berkeyakinan, Pilpres berlangsung dua putaran. Suara mereka tak jauh beda dari 02. Mereka juga sedang mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran. Perlawanan masih gigih dilakukan. Share kecurangan massif di WA dan medsos. Belum ada pikiran ngaku kalah. Apalagi ngucapkan selamat dan sukses untuk kemenangan 02. Sorry ye…
Berbeda kubu 03, Ganjar Mahmud. Ada anomali mereka rasakan. Suara PDIP sebagai pengusung utama, justru jadi pemenang Pemilu. Sedangkan capres, suaranya anjlok. Anomali dan aneh. Kondisi ini mereka selidiki, mengapa demikian.
Momen lainnya, 01 dan 03 mulai menjalin komunikasi intensif. Sepertinya mereka akan bersatu melakukan gugatan ke MK. Seru ni.
Lebih seru nanti, apabila PDIP, Nasdem, PKS, PKB, dan PPP (bila lolos) jadi oposisi. Suara partai mereka menjadi mayoritas di DPR RI. Ini baru seimbang. Prabowo boleh kuasai pemerintah. Parlemen dikuasai oposisi. Bisa bertengkar terus ni di parlemen. Baru prediksi saja kawan. Politik ini hanya memperebutkan kekuasaan dan kepentingan. Ketika semua sudah terpenuhi, semua diam. Yang teriak-teriak tetap rakyat kecil.
#camanewak